Author
Tofan Adityawan(1), Ainun Najih(2), Yayon Adi Galung Sastria(3),
(1) STAI Nurul Islam Mojokerto, Indonesia
(2) STAI Nurul Islam Mojokerto, Indonesia
(3) SMK Bina Bangsa Dampit Malang, Indonesia
Corresponding Author
Article Analytic |
Available online: 2023-12-25 | Published : 2023-12-25
Copyright (c) 2024 Tofan Adityawan, Ainun Najih, Yayon Adi Galung Sastria
Article can trace at:
Article Metrics
Abstract Views: 0 times PDF Downloaded: 0 timesAbstract
Pemecahan masalah secara umum diterima sebagai alat untuk memajukan kemampuan berpikir. Pemecahan masalah juga dianggap sebagai tulang punggung metodologi dalam mendekati muatan matematika karena hal ini membutuhkan dan membantu mengembangkan keterampilan menganalisis, pemahaman, penalaran dan aplikasi. Oleh karena itulah pemecahan masalah diharapkan hadir dalam setiap pembelajaran matematika. Menurut NCTM (2000) standar pemecahan masalah yang harus dicapai oleh siswa adalah (1) Membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan masalah, (2) Menyelesaikan masalah yang muncul dalam matematika dan konsteks lain, (3) Menerapkan dan menggunakan berbagai macam strategi yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan, (4) Memonitor dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika. Sehingga guru mempunyai peran memilih masalah yang bermanfaat, memilih masalah dengan bijaksana, dan menggunakannya serta mengadaptasi masalah dari materi pembelajaran. Guru memainkan peran penting dalam pengembangan disposisi pemecahan masalah siswa dengan menciptakan dan memelihara lingkungan kelas, di mana siswa didorong untuk mengeksplorasi, mengambil risiko, kegagalan dan keberhasilan, dan mempertanyakan satu sama lain. Dalam lingkungan yang mendukung tersebut, siswa mengembangkan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka dan kesediaan untuk melakukan dan mengeksplorasi masalah, dan mereka akan lebih cenderung mengajukan masalah dan terus berlanjut dengan masalah yang menantang. Pemecah masalah yang baik adalah mereka yang menyadari apa yang mereka lakukan dan sering melakukan pemantauan, atau menilai diri sendiri, kemajuan mereka atau menyesuaikan strategi mereka saat mereka menghadapi dan memecahkan masalah. Sebagai guru memelihara lingkungan atau suasana sangatlah penting, dimana pengembangan pemahaman secara konsisten dipantau melalui refleksi, siswa lebih cenderung untuk belajar untuk mengambil tanggung jawab untuk merenungkan pekerjaan mereka dan membuat penyesuaian yang diperlukan ketika memecahkan masalah, salah satunya saat melakukan pemecahan masalah pada materi matriks.
Keywords
References
Husna, Ikhsan & Fatimah. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang. Vol. 1, No. 2, 81- 92.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Cooperatif learning : mempraktikkan cooperatif learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo.
Kemendikbud.2013. Matematika kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
NCTM 2000. Principles and Standards for school mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.
Novotná, J. et al. (2014) “Problem Solving in School Mathematics Based on Heuristic Strategies”, Journal on Efficiency and Responsibility in Education and Science
Pehkonen, Erkki (2007). Problem solving in mathematics education in Finland. University of Helsinki Finland
Rahman, Risqi. 2012. Hubungan Antara Self-Concept Terhadap Matematika denganKemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: PrestasiPustaka.
Tripathi, Preety N. Problem Solving In Mathematics: A Tool For Cognitive Development
Refbacks
- There are currently no refbacks.